Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”.
-Ali bin abi Thalib RA-
Ungkapan di atas tentunya sudah tidak asing lagi bagi para pendidik maupun orang tua. Kita seharusnya memahami bahwa mendidik anak remaja di zaman sekarang berbeda dengan zaman dulu. Mendidik anak remaja zaman ini tidak bisa hanya melalui sudut pandang pribadi seperti orang tua kita dalam mendidik kita, tapi kita juga dituntut untuk memperhatikan perkembangan zaman agar anak kita mampu bersaing serta mampu memaksimalkan potensi mereka sepenuhnya.
Menurut WHO, usia remaja adalah usia dimana mereka yang berada pada batasan usia 12 sampai 24 tahun. Sedangkan menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum menikah. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh APJII mencatat bahwa pengguna internet tertinggi berasal dari umur 15-19 tahun yaitu sebesar 91%. Disusul kelompok usia 20-24 tahun (88,5%) dan 25-29 tahun (82,7%).
Hal ini jelas terlihat bahwa pengguna internet terbesar dipegang oleh anak-anak usia remaja dimana usia tersebut sangat rentan terhadap pengaruh – pengaruh negatif dari lingkungan. Oleh sebab itu orang tua perlu memberikan perhatian khusus terhadap anak di usia remaja agar dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan yang baik.
Era digital telah membawa suasana baru yang sangat berbeda dengan era sebelumnya. Perubahan dan pengaruh era digital dirasakan pada semua bidang kehidupan, secara positif maupun negatif. Dulu orang tua khawatir akan ancaman televisi bagi anak mereka. Pengawasan dan pendampingan, mereka lakukan untuk meminimalisir dampak negatif dari televisi. Namun saat ini ancaman televisi sudah mulai bergeser karena anak-anak era digital kini dapat mengakses internet dengan sangat mudah. Bahkan menonton acara televisi dapat mereka lakukan di laptop atau di gadget mereka. Situs-situs terlarang dapat dengan mudah mereka akses jika anak-anak tidak dibekali ilmu agama untuk membentengi diri hal-hal yang negatif.
Tidak bijak bila orang tua menutup diri sama sekali dari teknologi, sebagaimana juga tidak bijak untuk membuka akses terhadap teknologi tanpa ada batasan sama sekali. Yang diperlukan adalah tindakan yang positif dan konstruktif dalam mendidik, mengasuh, mendampingi, mengarahkan dan membina anak-anak kita, baik di rumah, di sekolah, maupun pada lingkungan sekitarnya.
Hendaknya anak-anak tetap menjadi asuhan dan didikan orang tua serta guru, bukan asuhan internet dan gadget. Di zaman atau era apapun mereka hidup dan berkembang. Oleh sebab itu perlunya pendampingan orang tua agar anak dapat menggunakan gadget dengan lebih bijaksana. Beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan dan kapasitas diri
Anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native yang sudah mengenal media elektronik dan digital sejak lahir. Sedangkan orang tua merupakan generasi imigran digital yang lahir sebelum munculnya teknologi digital. Orang tua akan sulit untuk menetapkan peraturan bila tidak mengerti tentang perkembangan teknologi dan sosial media seperti youtube, path, twitter atau instagram. Luangkan waktu untuk melihat situs yang pernah di kunjungi oleh anak untuk dapat memonitoring aktivitas digital anak melalui gadget dan lapotopnya. Tidak ada cara lain bagi orang tua kecuali dengan terus belajar memperbaiki diri dan meningkatkan kapasitas diri agar dapat mendidik dan mendampingi anak sesuai zamannya.
2. Mengarahkan penggunaan perangkat dan media digital dengan baik
Media digital dapat berdampak positif maupun negatif terhadap perkembangan anak. Oleh sebab itu orang tua perlu mengarahkan anak-anak agar menggunakannya dengan lebih bijaksana. Media digital dapat membantu anak untuk dapat mencari informasi yang mereka perlukan dengan begitu mudah seperti membantu anak untuk belajar memahami bentuk molekul atau reaksi logam dengan air yang dapat divisualisasi dengan bantuan video.
3. Tanamkan Nilai
Hal penting yang harus dilakukan orang tua dalam mendidik anak adalah menanamkan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan kepada anak. Islam mengajarkan sejumlah tuntunan saat menyambut kelahiran bayi, itu semua adalah bagian utuh dari cara menanamkan nilai tauhid, nilai kebenaran, nilai kebaikan kepada anak sejak dini. Bahkan sejak mereka belum ada. Seiring pertambahan usia, anak harus mendapatkan penanaman nilai yang lebih lengkap dan lebih sempurna, sebagaimana telah dicontohkan oleh Luqman Al-hakim dalam Alquran. Jika anak memiliki pondasi nilai yang benar dan kuat, akan menjadi modal terbesar dalam menghadapi seluruh bentuk tantangan pada berbagai keadaan dan beragam zaman.
4. Imbangi waktu menggunakan media digital dengan interaksi di dunia nyata
Orang tua dapat mengimbangi paparan media digital dengan menambah interaksi dunia nyata. Dalam keluarga dapat menerapkan “family time”, di mana pada waktu tersebut seluruh perangkat harus diletakkan dan dijauhkan dari keluarga. Mereka berinteraksi dan berkomunikasi, atau berkegiatan secara bersama-sama, tanpa gangguan teknologi.
5. Kerjasama dengan Pihak Sekolah
Orang tua tidak bisa sendirian dalam mendidik anak, maka harus ada kerjasama dengan pihak sekolah dan lingkungan sekitar dalam mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas. Orang tua dan guru di sekolah harus saling mendukung sebab pihak sekolah kerap memiliki pelajaran dan tugas terhadap siswa yang menggunakan perangkat gadget serta koneksi internet. Nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dengan di sekolah, hendaknya saling sinergi dan tidak berbenturan agar semua tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan optimal.
Dalam mendidik anak terutama di era digital. Hendaknya orang tua lebih kuat, pintar, hangat dan bersahabat untuk mendampingi anak-anak di era digital ini. Orang tua kuat, memiliki spiritualitas yang tinggi, memiliki visi, cita-cita dan berusaha mewujudkannya dalam keluarga. Dengan cara seperti ini, anak akan betah bersama orang tua, sekaligus mudah untuk diarahkan dan diingatkan. Dengan keterbatasan yang dimiliki orang tua maka diperlukan mitra untuk mendidik anak berupa guru, ustadz, sekolah, pesantrean atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Namun, tanggung jawab utama pendidikan anak tetap ada pada orang tua.
Penulis : Apni Viyandari, M.Pd. (Guru Kimia SMAIT Al Uswah Tuban)
Baca juga : Menyiapkan Generasi Milenial di Era Digital