Pendidikan Rasulullah Pendidikan Karakteristik

“Sesungguhnya Allah subhanahu wa taala telah mendidikku dan Dia mendidikku dengan baik, kemudian Dia menyuruhku dengan akhlak-akhlak mulia dan berfitman, Ambillah kemaafan dan suruhlah dengan kebaikan serta berpalinglah dari orang-orang yang jahil.” Sabda Rasulullah saw.

Pendidikan dalam Islam menempati kedudukan yang utama. Wahyu yang diterima Rasulullah untuk pertama kali menyampaiakan dan memrintahkan kepada Beliau untuk membaca. Pendidikan dalam bahasa Arab dikenal dengan beragam sebutan dari ta’lim, ta’dib, tadris, irsyad, indzar sampai tarbiyah. Beragam istilah ini sudah diterapkan Rasulullah dan di dapatkan oleh kaum muslimin terdahulu.

Istilah yang paling sering dipergunakan dalam sebutan kata pendidikan adalah dengan sebutan tarbiyah. Sehingga kita dapati fakultas ilmu pendidikan di Indonesi yang disebut Fakultas Tarbiyah (FT). Konsep tarbiyah mendasari metode pendidikan yang menerjemahkan kata kerja (Fi’il) dalam bahasa Arab yang meliputi :

Robba Yurobbi yang berarti mengurus, mengatur dan mendidik.

Robba Yarubbu yang berarti bertumbuh, berkembang dan bertambah.

Arab Yurba yang berarti berubah menjadi lebih besar dan menjadi dewasa.

Proses pendidikan dilakukan Allah subhanahu wa taala terhadap Rasulullah saw. Kemudian proses tersebut di oerintahkan Allah subhanahu wa taala dan di contohkan Rasulullah untuk di laksanakan seluruh manusia. Sebagaimana tertilis dalam lantunan doa untuk kedua orang tua.

“ Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kkedua orang tuaku, dan sayangilah keduanya sebagaimana keduanya telah mendidikku di masa kecilku.”

Niat tulus ikhhlas para pendidik menjadi pondasi kokoh dalam menjalankan proses pendidikan generasi. Yang untuk kemudian berdirilah bangunan diatas pondasi tersebut karakter muulia seorang pendidik. Akhlak terpuji terlihat pada diri pendidik dari ucapan, senyuman, raut muka berseri yang akan menjadi daya tarik kedekatan seorang guru dengan muridnya. Sebagaimana teladan Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah subhanahu wa taala itu lembut dan menyukai kelembutan dalam segala sesuatu. Shahih muslim no. 2593

“Sangat besar kebencian di sisi Allah subhanahu wa taala bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.“ (QS. Ash-Shaff: 3).

Perbedaan antara perkataau guru dengan perbutannya hanyalah akan membingungkan bagi muridnya. Murid jadi tidak mengetahui mana yang akan di ambil dari gurunya. Dari perkataanya atau perbuatannya, dari yang terdengar ataukah yang terlihat. Selain itu guru yang tidak mengerjakan apa yang di ajarkan kepada muridnya hanya akan menjadikan dirinya hina dihadapan orang-orang yang selayaknya menghormatinya.

Menjelaskan sikap adil terhadap murid, mengamalkannya dan mendampingi murid untuk melaksanakannya sangat penting bagi semua murid. Sikap guru ini akan sedemikian bermanfaat dalam upaya menebarkan rasa menghargai dan menghormati diantara mereka. Dan haruslah hal ini menjadi perhatian utama seorang guru demi keselamatannya di hadapan Allah subhanahu wa taala nanti. Rasulullah saw bersabda: “Manusia yang paling dicintai Allah subhanahu wa taala pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil, dan manusia yang paling dibenci Allah subhanahu wa taala dan mendapatkan siksa yang pedih pada hari kiamat adalam pemimpin yang zalim. (HR. Tirmidzi no. 1329).

Kesabaran adalah akhlak yang paling baik dalam menjalankan proses pendidikan. Sedangkan amarah akan menghilangkan kendali diri dan kepekaan terhadap menyerap kebenaran. Kekuatan guru dihadapan murid sangat tergantung dalam kemampuanya mengendalikan emosi dan akal sehatnya dari gangguan kemarahannya. Karena kehebatan guru terletak pada kekuatannya menguasai dirinya ketika rasa marah menghinggapinya. Selaras dengan sabda Rasulullah saw: “Bukanlah orang hebat itu adalan orang yang hebat dalam pertempuran, tapi orang hebat itu adalah yang bisa menahan dirinya ketika sedang marah.” (HR. Muslim no. 2609).

Humor dapat menjjadikan susana proses pendidikan lebih menyenangkan murid. Namuh haruslah tetap pada ukuran keperluanya, karena humor, gurau dan bercanda yang berlebihan dari yang diperlukan hanyalah akan mengurangi bahkan menghilangkan kewibawaan seorang guru dihadapan muridnya. Rasulullah saw pun sempat bergurau dengan seorang sahabatnya yang berkata.

Ya Rasulullah, ajaklah aku bersamamu” Rasulullah saw menjawab,

Aku akan mengajakmu naik anak unta ini.” Sahabat itu bertanya,

Bagaimana aku akan diajak naik anak unta?” kemuudian Rasulullah saw menjawab,

Bukankah onta ini anak karena dia juga memiliki induk.” Sahabat terseebut tertawa dan tersenyumlah Rasulullah.

Meminta pendapat, saran dan masukan guru yang lain tidaklah menjadikan guru rendah dihapan guru yang lain, namun justru sikap itulah yang akan mengangkat derajat seorang guru pada tingkat kedewasaan dan kebijaksanaan dirinya. Firman Allah subhanahu wa taala. “Maka disebabkan rahmat dari Alloh-lah kamu berlaku lemah  lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah meraka menjauh darimu. Karena itu maafkanlah meraka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali-Imron : 159)

Begitu juga yang disampaikan abu Hurairoh, “Aku tidak melihat seorangpun yang paling banyak bermusyawarah, kecuali Rasulullah saw.” (HR. Tirmidzi no.1714).

Demikian hebatnya Rasulullah melatih kita untuk menjadi guru yang bermanfaat di dunia ini dan bermartabat di hadapan Allah subhanahu wa taala nanti.

Penulis : Fauzi Prayitno

Ilustrasi : kajianpustaka.com

Berita Terbaru
Share Artikel
Scroll to Top