Menilik Tantangan Dunia Pendidikan (Indonesia) di Era Revolusi Industri 4.0

Dalam sejarah perkembangan kehidupan manusia, telah tercatat sejumlah besar perubahan dan peristiwa yang punya pengaruh besar bagi kehidupan manusia itu sendiri. Perubahan adalah suatu keniscayaan—atau Heraclitus mengatakan “Penta Rai” yang berarti tidak ada yang tidak berubah, dalam kata lain manusia sewaktu-waktu juga akan bergerak dan berubah. Tentu yang dimaksud bergerak dan berubah disini bukan fisik manusia, tetapi lebih kepada peradaban, cara manusia menjalani kehidupan, dan sebagainya.

Revolusi industri yang terjadi di Eropa—tepatnya di Inggris menjadi salah satu peristiwa penting yang punya pengaruh besar bagi dunia. Tak hanya itu, peristiwa yang diawali dengan penemuan baru di dunia teknologi tersebut dengan cepat merubah tata kehidupan masyarakat Eropa dari feodalisme menuju sebuah tata kehidupan baru yang kompleks dalam “kerangkeng” industrialisasi. Dampak besar terjadinya revolusi industri bagi kehidupan masyarakat saat itu setidaknya dapat dilihat dari pemikiran-pemikiran Karl Marx dan Durkheim.

Secara sosiologis, Emile Durkheim memandang kehidupan masyarakat pasca peristiwa revolusi industri menjadi semakin kompleks dan kontraktual. Tidak ada hubungan yag alamiah dan intim, karena interaksi menjadi lebih ditekankan pada faktor kepentingan semata. Pada fase ini pula Durkheim memberikan kategorisasi masyarakat menjadi dua kutub yang besar berdasarkan ikatan solidaritasnya—yaitu masyarakat dengan tipe solidaritas mekanik dan organik. Mekanik merujuk pada masyarakat dengan pembagian kerja rendah sedangkan organik merujuk pada masyarakat industrial yang kompleks.

Jika Durkheim menyoroti dampak revolusi industri dari sisi solidaritasnya, maka Karl Marx melihatnya dari sisi lahirnya kelas-kelas sosial dalam masyarakat berdasarkan kepemilikan faktor produksi. Menurut Marx, pasca revolusi industri—masyarakat akhirnya terbagi ke dalam tiga kelas besar yaitu kelas atas, menengah dan bawah atau dalam istilah lain Marx menyebutnya kelas Borjouis (pemilik modal) dan kelas proletar (buruh). Kedua kelas tersebut kata Marx akan selalu bertentangan.

Revolusi industri adalah salah satu peristiwa besar yang awalnya terjadi di Eropa pada abad ke 18 namun hinga kini punya pola yang unik. Jika peristiwa sejenisnya—seperti renaissance, Aufklarung, dan juga reformasi gereja tidak berumur panjang, namun lain halnya dengan revolusi industri ini. Adalah seorang profesor yang juga ahli ekonomi Jerman bernama Klaus Schwab menggegerkan dunia dengan pendapatnya tentang perkembangan revolusi industri. Dalam bukunya The Fourt Industrial Revolution, Schwab mengatakan bahwa peristiwa revolusi industri tidak hanya berhenti dan mati pada abad ke 18 dimana mesin uap ditemukan, tetapi di abad 21 ini revolusi industri muncul dengan bentuknya yang baru yaitu yang lebih dikenal dengan revolusi industri 4.0.

Secara sosiologis, setiap perubahan yang terjadi akan selalu membawa dampak baik itu positif maupun negatif. Hal tersebut juga terjadi pada revolusi industri 1.0 (abad 18) dimana terjadi perubahan dalam tata kehidupan masyarakat di berbagai bidang, salah satunya yang sangat nampak adalah pada bidang ekonomi. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah—apakah revolusi industri 4.0 di abad 21 ini juga akan membawa dampak besar bagi kehidupan manusia terutama dalam konteks masyarakat Indonesia?. Jawabannya sudah pasti ada dampak yang akan ditimbulkan dari revolusi industri 4.0 terutama dalam konteks Indonesia. Salah satu bidang yang akan terkena dampaknya selain ekonomi adalah pendidikan.

Menurut hemat penulis, dunia pendidikan memang bukan merupakan sektor yang terkena dampak langsung dari adanya revolusi industri 4.0. namun demikian, dunia pendidikan adalah salah satu bidang yang harus mampu menjawab tantangan dan mewaspadai datangnya sebuah masa dimana eksistensi manusia pada akhirnya akan di gantikan oleh berbagai Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) dan segala aktifitas kehidupan manusia di berbagai sektor akan saling terkoneksi dengan apa yang disebut dengan Internet of Things.

Berikut beberapa tantangan dunia pendidikan (Indonesia) di era revolusi industri 4.0 :

Perkembangan Teknologi dan Eksistensi Lembaga Pendidikan

Sebagaimana telah disinggung di awal, revolusi industri 4.0 salah satunya ditandai dengan perkembangan dunia teknologi yang pesat dengan dukungan akses internet dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Hal tersebut tentu juga akan punya dampak bagi lembaga pendidikan. Salah satu yang akan terancam berkaitan dengan semua itu adalah eksistensi lembaga pendidikan dan berbagai unsur-unsur pendukungnya.

Kita bisa lihat dengan mata telanjang—hari ini pesatnya perkembangan Google dan Youtube yang dapat menjadi salah satu sumber belajar yang mudah, murah, cepat dan akurat. Bahkan tak hanya itu, banyak hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dapat dengan mudah diakses oleh para peserta didik dimanapun dan kapanpun.

Selain kedua hal tersebut (google dan youtube) belakangan ini juga mulai muncul banyak platform atau start up yang bergerak dibidang bimbingan belajar daring (online). Hal ini dalam bacaan sosiologis tentu akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan dunia pendidikan. Bukan tidak mungkin suatu saat peran guru dan sekolah akan tergantikan oleh google, youtube atau media bimbingan belajar online.

Sekolah dan Output Yang Dihasilkan

Tidak dapat dipungkiri, bahwa salah satu penilaian atau bahkan tolak ukur sebuah lembaga pendidikan (sekolah) dikatakan berhasil atau tidak adalah dilihat dari lulusan (output) yang dihasilkan. Hal tersebut lantas menjadi peran aktor lembaga pendidikan (guru dan stakeholder) untuk membekali para peserta didik dengan beragam keterampilan yang dibutuhkan sesuai zamannya. Dalam kata lain lembaga pendidikan harus mampu membekali para peserta didik dengan beragam keterampilan (skills) yang sesuai dengan konteks zaman. Zaman yang dimaksud disini tentu abad 21 dengan revolusi industri 4.0 yang sudah terjadi di depan mata.

Selama ini para pendidik masih sering memberikan pengajaran klasik-tradisional sehingga hal tersebut tidak sesuai dengan konteks zaman yang akan dihadapi oleh peserta didik.

Pendidikan Berbasis Inovasi dan Wirausaha

Sebuah lirik lagu nasyid klasik mengatakan :

Anakkku

Dunia yang akan kau alami

Tak sama dengan dunia yang ku alami

Namun jangan berkecil hati

Jadilah manusia sakti

Cerdas, tabah, kreatif…

 Penggalan lirik lagu diatas, meskipun terlalu klasik untuk diingat dan di dengar, namun rasanya masih cukup relevan untuk dijadikan petuah dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 yang terus bergulir. Revolusi industri ke 4, dimana perkembangan Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) begitu pesat berkembang—akan berdampak pada tergesernya berbagai pekerjaan yang ada di masyarakat. Tenaga manusia akan sangat dengan mudah tergeserkan oleh berbagai kecerdasan buatan, robot, atau berbagai sistem yang dibuat manusia dalam rangka menciptakan sebuah tata kehidupan baru yang lebih efektif dan efisien.

Contoh nyata dari hal tersebut setidaknya paling kecil dapat dilihat dari tidak perlunya lagi tenaga manusia untuk menjadi penjaga di loket jalan tol. Hal tersebut lantaran pembayaran gerbang tol dapat dilakukan dengan mudah hanya menggunakan sebuah kartu. Jika memang sudah demikian, maka tak ada cara lain bagi generasi kedepan selain berani melakukan inovasi dan bersikap kreatif dalam meghadapi tantangan zaman. Setidaknya lembaga pendidikan dapat menghadapi tantangan revolusi industri ke 4 tersebut dengan cara membekali peserta didiknya dengan kemampuan berwirausaha. Wirausaha yang dimaksud juga tentu bukan konvensional sebagaimana yang lazim dikenal selama ini, namun tak ada salahnya berwirausaha dengan mengkombinasikan peran teknologi di dalamnya.

Demikianlah beberapa tantangan dunia pendidikan di abad 21 atau era revolusi industri dewasa ini. Siap atau tidak—perubahan itu pasti terjadi dan bergulir. Maka menjadi tugas kita bersama untuk menjawab tantangannya dan menjadi bangsa pemenang.

penulis : Kafani Annashib,S.Sos. (Guru Sosiologi SMAIT Al Uswah Tuban)

Berita Terbaru
Share Artikel
Scroll to Top