Menguatkan Ukhuwah Wathaniyah dengan Akhlak Mulia

Kemajemukan masyarakat ini seharusnya disyukuri sebagai kekayaan bangsa Indonesia bukan justeru menjadi sumber konflik. Baik itu konflik vertical (masyarakat dengan pemerintah) maupun konflik horizontal (konflik antar sesama masyarakat).

Konflik horizontal merupakan konflik yang terjadi antar individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang sama. Konflik horizontal sejajar dan bertingkat yang terjadi antara komunitas yang satu dengan komunitas yang lain.

Konflik horizontal merupakan  pertentangan antara suatu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Bisanya konflik horizontal  ini disebabkan oleh isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).  Konflik yang ditimbulkan berupa pertikaian antar kelompok, anarkisme, tawuran, dan lain-lain.

Tidak sedikit munculnya pertikaian antar kelompok mulanya dari pertikaian antar individu. Dari persoalan sepele melebar menjadi persoalan yang besar. Dari persoalan salah paham, salah ucap, hingga salah tindakan. Lagi-lagi seringnya dikaitkan dengan isu SARA. Terkadang juga ada pihak-pihak yang sengaja memprovokasi demi suatu kepentingan. Maka terjadilah konflik yang meluas, yang akar masalahnya kadang tidak jelas.

Untuk menghindari konflik horizontal semakin meluas maka diperlukan oleh masing-masing individu untuk mengendalikan diri. Bentuk pengendalian diri tersebut seperti saling menghargai dan menghormati, menumbuhkan sikap toleransi dan tenggang rasa, menumbuhkan kembali ukhuwah wathaniyah dalam diri individu maupun kelompok. Dengan sikap tersebut akan tercipta kerukunan dan keharmonisan antar individu maupun kelompok.

Ukhuwah wathaniyah merupakan persaudaraan atau persatuan antar sesama manusia yang dibingkai oleh kesamaan satu tanah air dan satu bangsa. Saling menjaga persatuan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antar golongan. Saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada. Serta bersama-sama menjunjung tinggi martabat bangsa di mata bangsa lain.

Cara hemat membangun dan menguatkan ukhuwah wathaniyah menurut saya adalah adalah dengan mengedepankan akhlak dalam hidup bermasyarakat. Sebagai mana hadits Nabi “Dan pergaulilah manusia (bermasyarakatlah) dengan akhlak yang baik”. (HR. Turmidzi) Rasulullah sudah banyak memberikan teladan dalam  hidup. Termasuk hidup dalam perbedaan.

Dengan menjunjung tinggi akhlak yang mulia, berarti kita sedang berusaha menghindari konflik sekecil mungkin. Karena dengan akhlak yang baik akan menyelesaikan masalah tanpa menambah masalah.

Salah satu contoh akhlak mulia itu adalah memiliki sifat rendah hati. Dengan sifat rendah hati, seseorang akan dihormati, disegani, disenangi oleh orang lain dan memiliki banyak teman. Karena orang yang rendah hati akan ringan untuk saling bertegur sapa, saling menghargai dan menghormati, dan saling tolong menolong tanpa membeda-bedakan.

Namun sebaliknya, jika seseorang memiliki sifat tinggi hati, jangankan kepada orang yang berbeda, kepada orang yang memiliki kesamaan saja, ia akan merasa lebih tinggi, lebih baik, lebih mulia, dan orang lain lebih rendah dari padanya. Orang seperti ini akan sulit mencari kawan. Baginya, semua adalah lawan. Dan selamanya lawan tidak boleh unggul melebihi dirinya. Semoga kita dijauhkan dari sifat tinggi hati. Wallahu a’lam.

Penulis : Masruhin Bagus (tulisan-tulisan lainnya bisa juga dilihat di https://www.jejakruang.com 

Berita Terbaru
Share Artikel
Scroll to Top