LANGKAH PENCEGAHAN BULLYING DI LINGKUNGAN PESANTREN

Kasus perundungan (bullying) terjadi semakin marak akhir-akhir ini. Mirisnya kasus perundungan tersebut terjadi di lingkungan lembaga pendidikan, baik sekolah maupun pesantren. Padahal seharusnya lembaga pendidikan, lebih-lebih pesantren yang merupakan lembaga pendidikan berbasis keislaman, seharusnya menjadi tempat yang aman bagi seluruh civitas akademik di dalamnya. Lantas mengapa perundungan di pesantren masih saja terjadi? Adakah tips dalam mencegah santri melakukan perundungan? Lalu apa tanggung jawab pengelola pesantren jika terjadi perundungan di lembaga pendidikannya? Dalam artikel ini kami akan membahas tentang beberapa tips mencegah dan apa saja tanggung jawab pengelola pesantren jika terjadi pembullyan di pesantren yang mereka kelola.

5 Tips Mencegah Santri Melakukan Perundungan di Pondok Pesantren

Melakukan pencegahan merupakan tindakan yang sangat bijaksana sebelum terjadi. Seperti penyakit, akan jauh dihindari dan dicegah daripada diobati, begitu juga perundungan. Perundungan biasa terjadi di pesantren karena beberapa faktor seperti, adanya tempat yang bisa digunakan untuk melakukan bullying seperti di kamar santri, di tempat yang jarang dijamah orang lain seperti gudang, di aula dan berbagai macam spot spot yang sepi lainnya. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memang menyatukan berbagai macam orang dengan adat dan sifat yang berbeda beda. Maka dari itu perundungan memang lebih sering terjadi di pondok pesantren dibandingkan dengan sekolah formal biasa. Bahkan kemungkinan besar perundungan bisa terjadi di pesantren, berbeda dengan sekolah formal yang lebih sering terjadi kasus tawuran. Intinya setiap jenis sekolah memiliki problematika yang sama. Lantas bagaimana untuk mencegah perundungan di pesantren. Berikut bahasannya, seperti :

  • Buat lingkungan pesantren yang aman dari perundungan

Membuat lingkungan yang aman dan inklusif merupakan langkah paling bijaksana untuk mencegah kasus perundungan. Lingkungan yang inklusif bukan hanya dari segi bangunan tapi juga dari kebiasaan santri di pondok pesantren seperti pentingnya membangun budaya pesantren yang benar benar terbuka dan ramah terhadap para santri. Lingkungan yang inklusif ini juga bisa dibarengi dengan teknologi yang membantu seperti dipasangnya CCTV setiap sudut atau pojok pesantren yang jarang dijamah orang banyak tapi perlu diingat CCTV yang terpasang jika tidak dibarengi dengan petugas khusus seperti satpam yang memantau akan percuma. Lingkungan yang aman bagi santri juga harus diikuti dengan para staf pendidikan yang siap membantu dan ikut terjun langsung dalam menciptakan lingkungan yang baik ini. Penting dan sangat penting bagi kita pelaku tenaga didik untuk bisa menciptakan lingkungan pesantren seperti ini, agar kepercayaan orang tua terhadap pesantren bisa kembali setelah semua yang terjadi selama ini di pesantren pesantren yang ramai di berita dan sosial media.

  • Terapkan aturan yang tegas

Lingkungan inklusif tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya aturan yang tegas. SMAIT Al Uswah Tuban menerapkan sistem pendidikan anti bullying bahkan memberikan propaganda kepada para siswa dan santrinya untuk tidak melakukan bullying dan perundungan, tidak main main jika memang ada santri yang melakukan pembullyan dan perundungan, akan langsung ditindak tegas selain di kembalikan kepada orang tuanya (diputus tugaskan sebagai siswa dan santri) para korban perundungan ini juga akan diberikan pendampingan mental health oleh para tenaga konseling SMAIT Al Uswah Tuban bahkan kami ajukan ke bagian yang lebih profesional jika dibutuhkan.

  • Hapus sistem senioritas

Senioritas juga kerap terjadi di lingkungan pesantren, sebaimana juga yang terjadi di lingkungan pendidikan lainnya. Hal semacam ini harus dicegah dengan cara membuat lingkungan yang inklusif dan membangun rasa kebersamaan dengan berbagai kegiatan yang melibatkan seluruh santri lintas angkatan. Beberapa hal yang diterapkan di SMAIT Al Uswah Tuban adalah misalnya, kamar santri yang isinya adalah santri lintas angkatan, adanya kegiatan olahraga bersama yang juga melibatkan santri lintas angkatan, dan lain sebagainya. Dengan demikian ketika senioritas dapat ditekan bahkan dihapuskan, maka akan dapat memnciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman di pesantren.

  • Lakukan Pengawasan yang Efektif:

Setelah melakukan tiga tips diatas pesantren bisa melakukan pengawasan yang efektif, baik itu pengawasan lingkungan, pengawasan kepada para tenaga didik, pengawasan kepada para santri dan santri watinya. Pengawasan sendiri wajib dijadikan SOP oleh para peserta didik sebagai bentuk tanggung jawab pesantren bagi para santri dan santri watinya. Pengawasan seperti ini rutin dilaksanakan di SMAIT Al Uswah Tuban sebagai bentuk pencegahan dari tindakan dan kasus bullying dan kasus kasus lainnya. CCTV juga dipasang di setiap sudut sebagai bentuk untuk melakukan pengawasan setiap waktu oleh satpam tim musyrif muyrifah.

  • Promosikan nilai-nilai toleransi, empati, dan kepedulian terhadap sesama

Hal yang penting dan jangan pernah pondok pesantren adalah dengan mempromosikan nilai nilai toleransi, empati dan kepedulian terhadap sesama. Melakukan tindakan bully merupakan hal yang tidak masuk ke dalam kepedulian apa lagi empati terhadap orang lain. Maka dari itu, penting bagi pesantren untuk memberikan nilai nilai toleransi dan empati kepada para santrinya dengan berbagai cara yang efektif, seperti dalam pidato atau sekolah juga bisa mengajak tokoh agama atau masyarakat untuk memberikan edukasi tentang kepedulian terhadap sesama. Ini dapat menjadi doktrin bagi para santri untuk tidak melakukan tindakan yang merugikan mereka.

Penting untuk diingat bahwa pencegahan bullying membutuhkan upaya bersama dari semua pihak di pesantren, termasuk staf, santri, orang tua, dan tokoh agama dan masyarakat. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan lingkungan pesantren yang aman dan bebas dari bullying.

Penulis : Ustad Habib Ismawanto, S.Ud (Waka Kesantrian SMAIT Al Uswah Tuban)

Berita Terbaru
Share Artikel
Scroll to Top