Ladang Amal di Era Digital

Era sekarang adalah Era digital. Hampir semua kebutuhan memanfaatkan teknologi digital. Mulai dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan sampingan. Sebut saja kebutuhan akan buku. Buku berbasis kertas sudah banyak yang berganti menjadi buku berbasis digital. Kitab-kitab klasik berbahasa arab, berbahasa inggris, sekarang sudah bisa didapatkan dalam bentuk softcopy dan ebook. Kitab dan buku-buku yang tebal sudah teringkas dalam bentuk file yang mudah disimpan dan dibawa kemana-mana. Cukup disimpan dalam flasdisk atau eksternal storage lainnya. Jika ingin membaca, cukup menggunakan gadget, komputer atau laptop untuk membukanya.

Semakin ringan dan mudahnya mendapatkan buku digital, buku-buku berbasis kertas sudah mulai banyak ditinggalkan. Ya, alasanya karena buku digital lebih ringan dibawa. Bayangkan, jika kita harus membawa kitab hadits yang berjilid-jilid kemana-mana. Pasti kita tidak akan mampu, berat. Belum lagi jika membeli kitab-kitab tersebut harganya pasti akan menguras isi dompet. Mahal. Nah, sekarang ini kitab-kitab yang super tebal dan berjilid-jilid itu, melalui tangan dingin para pakar software, sudah bisa dibaca kapan saja, dimana saja, melalui gadget atau laptop.

Zaman serba komputer saat ini tidak lepas dari tiga hal yaitu brainware, software, dan hardware. Tiga hal ini tidak terpisahkan. Brainware adalah para ahli IT yang merancang dan menemukan rumus-rumus komputer, merancang dan menemukan program-program, termasuk orang yang menggunakan dan mengoperasikan komputer. Yang dalam kategori brainware adalah programmer, operator, user, dan lain-lain.

Software adalah hasil rancangan program yang berbentuk aplikasi. Bentuknya berupa perangkat lunak seperti aplikasi, program, sistem operasi, dan lain-lain. Sedangkan hardware adalah perangkat keras yang digunakan untuk menjalankan aplikasi, program, atau sistem operasi. Bentuknya berupa perangkat keras yang dapat dilihat dan dirasakan. Contoh personal computer atau PC, laptop, gadget, dan perangkat keras lain yang terhubung dengan komputer.

Perkembangan ketiga hal di atas semakin ke sini semakin pesat. Hal ini tidak bisa dihindari. Para programmer semakin canggih dalam menemukan dan menciptakan software. Sehingga segala kebutuhan manusia, hampir semuanya memanfaatkan teknologi digital atau komputer. Kita coba cek saja di google playstore, ribuan aplikasi tersedia di sana. Mulai dari yang positif hingga yang ‘nyrempet-nyrempet’ ke negatif. Semuanya berada pada kendali diri kita masing-masing. Digital memiliki dunia sendiri sebagaimana dunia nyata, yaitu dunia maya. Maka tergantung pilihan kita, mau mengambil yang positif atau yang negatif.

Perkembangan teknologi digital harus dihadapi dan digunakan dengan bijaksana. Misalnya saja, jika laptop atau notebook yang kita miliki, kita penuhi dengan software-software aplikasi pembelajaran, ebook-ebook yang bermanfaat, kumpulan hadits, kumpulan tafsir Alqur’an, video-video pembelajaran, dan lain sebagainya, tentu akan sangat bermanfaat dan membantu kita. Ketika kita ingin belajar hadits bersama seorang ustadz, kemudian kitab hadits yang kita pakai adalah ebook yang tersimpan di tab atau laptop. Saya kira sah-sah saja. Tidak ada bedanya dengan memakai kitab berbasis kertas. Yang berbeda adalah sarananya saja. Inilah cara yang bijaksana dalam menggunakan teknologi zaman sekarang.

Jadi, menggunakan produk IT zaman sekarang tergantung kita. Jika kita berfikir dan memandang semua produk hardware, laptop dan gadget itu negatif, ya, mungkin kita tidak perlu hidup di zaman sekarang. Hiduplah di zaman sebelum ada teknologi. Hiduplah di zaman tidak ada listrik. Yang semuanya serba primitif. Termasuk buku dan kitab-kitab yang berbasis kertas. Silakan belajar dengan menggunakan kitab-kitab yang serba tebal dan berat. Tidak ada yang melarang. Tapi juga jangan berpandangan konservatif terhadap perkembangan teknologi saat ini. Sekali lagi adanya laptop, tab, komputer, gadget, handphone, internet, sosial media, dan lain-lain itu adalah sebuah sarana. Bisa merusak dan juga bisa menambah kebaikan tergantung ditangan siapa sarana tersebut digunakan. Tergantung orang yang  mengatur dan memanfatkannya.

Kembali ke judul di atas, jika buku-buku sekarang banyak berbasis digital maka peluang dibaca dan dipelajari orang semakin banyak. Maka peluang memberikan kemanfaatan juga semakin banyak dan luas. Karena buku-buku yang berbasis kertas maupun berbasis digital (elektronik book) akan bernilai manakala dibaca dan dikaji oleh pembacanya, bukan hanya sekedar sebagai arsip atau dokumen yang tersimpan dalam lemari atau dalam harddisk komputer. Ketika buku-buku tersebut dapat memberikan kemanfaatan dan kebaikan bagi pembacanya disitulah buku-buku itu bernilai jariyah. Buku-buku itu menjadi ladang amal jariyah bagi penulisnya.

Tidak hanya berupa ebook, tulisan-tulisan kita yang tersebar di media sosial itu juga bisa menjadi amal jariyah manakala tulisan itu berisi kebaikan dan memberikan kemanfaatan. Dan tentunya akan memberikan pahala kebaikan bagi penulisnya. Karena Allah tidak akan lupa dan terlewati setiap kebaikan yang kita tanam meskipun itu sekecil biji zarrah, Allah akan membalasnya dengan kebaikan pula. Begitu pula sebaliknya. Untuk itu, mulai sekarang tulis dan share-lah tulisan yang baik-baik, semoga tulisan itu menjadi jariyah bagi kita.

Mengakhiri tulisan ini, apapun sarana kita dalam menulis dan menyebarkan tulisan kita, jika itu bernilai kebaikan yang dapat dirasakan oleh orang lain (pembaca) maka disitulah ada amal saleh bagi penulisnya. Selama buku dan tulisan itu memberikan kemanfaatan disitulah ada amal jariyah. Kita akan memetik kebaikan itu kelak. Sebagaimana Helvi Tiana Rosa pernah menulis “Kalau usiamu tak mampu menyamai usia dunia, maka menulislah. Menulis memperpanjang ada-mu di dunia dan amalmu di akherat kelak”. (Mb/2020)

Penulis : Masruhin, MA. (Penulis juga aktif menulis di blognya www.jejakruang.com)

Berita Terbaru
Share Artikel
Scroll to Top