Kecenderungan seseorang dalam memimpin dipengaruhi oleh watak, sifat, atau karakter pribadi. Sebuah karakter asli individu yang dibawa dalam sebuah organisasi. Warna organisasi akan terlihat bagaimana karakter individu pemimpinnya. Maka sebenarnya dalam memilih seorang pemimpin, seharusnya mempertimbangkan sifat, watak, atau karakter pribadinya. Karakter tersebut tercermin dalam kehidupan sehari-harinya.
Organisasi cerminan dari pemimpinnya
Meskipun organisasi memiliki system yang baik tetapi karakter individu pemimpinnya buruk, maka system organisasi bisa rusak dan kacau. Sebaliknya organisasi yang memiliki system kurang baik, tetapi ada pemimpin dengan karakter individu yang positif, maka tim akan terbangun dengan baik dan system akan berjalan perlahan-lahan serta target-target organisasi akan mudah tercapai.
Seseorang yang memiliki watak yang kurang baik dan tidak sesuai dengan karakter organisasi, maka seharusnya watak dan sifat buruk tersebut ditinggal di rumah, tidak perlu dibawa ke dalam organisasi, agar tidak menjadi pengaruh buruk organisasi dan merusak tatanan. Harapan organisasi demikian meskipun sebenarnya sulit.
Mengapa demikian? Karena watak atau karakter bukan seperti pakaian atau aksesoris yang dapat dibongkar pasang sewaktu-waktu. Tetapi karakter ibarat sebuah perhiasan yang melekat dalam jiwa. Menyatu dalam hati dan pikiran seseorang menjadi sebuah jati diri. Tercermin dalam perilaku atau kebiasaan. Untuk menanggalkan watak atau karakter tersebut membutuhkan waktu yang tidak singkat. Tetapi bisa diubah dan diperbaiki serta bisa dilakukan.
Jika kita melihat ada organisasi yang sistemnya berjalan dengan baik, penuh prestasi, tentram, maka bisa dipastikan dibalik oranisasi ada pemimpin dan tim yang baik. Ada pemimpin dan tim yang berkomitmen menjalankan system dengan baik, prestatif dan inspiratif.
Memimpin dengan keteladanan
Jika kita mencari teladan dalam leadership maka tidak ada contoh yang sempurna kecuali Nabi Muhammad SAW. Nabi yang membawa ajaran Islam, yang juga dikenal sebagai pribadi dengan akhlak mulia, negarawan yang agung, hakim teradil, pedagang terjujur, pemimpin militer terhebat, dan pejuang kemanusiaan tergigih.
Nabi Muhammad telah terbukti mampu memberikan solusi dan kontribusi terhadap perubahan peradaban dunia. Mampu memimpin sebuah bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa yang maju, bahkan sanggup mengalahkan bangsa-bangsa lain di dunia masa itu.
Salah satu prinsip leadership yang diterapkan oleh Rasulullah SAW adalah menjadi teladan yang baik (uswah hasanah). Nabi Muhammad memiliki akhlak yang mulia. Dengan kemuliaan akhlaknya beliau berhasil menjadi contoh ideal dalam segala aspek kehidupan.
Dengan kemuliaan akhlaknya beliau dipercaya oleh semua kalangan masyarakat. Dihormati dan disegani oleh kawan maupun lawan. Akhlaknya tidak berubah. Dimanapun dan dalam kondisi apapun. Sehingga orang yang mengikutinya tidak mengalami keraguan dan kebingungan. Konsisten dalam kebaikan.
Ada 4 sifat yang melekat pada diri Rasulullah tersebut adalah Shidiq atau Jujur, Amanah (dapat dipercaya), Tablig, dan Fathonah.
Shidiq artinya jujur atau benar. Rasulullah memiliki sifat jujur atau benar. Baik dalam perkataan atau perbuatan. Apa yang diucapkan sama dengan yang dilakukan. Kata-katanya benar dan tindakannya juga benar. Nabi Muhammad SAW tidak pernah berdusta atau berbohong. Jika beliau melarang untuk berbuat korupsi, maka tidak mungkin baginya berbuat korupsi. Karena itu sifat mustahil baginya. Itulah yang namanya integritas pemimpin.
Amanah adalah yang dapat dipercaya. Karena kejujurannya beliau mendapat kepercayaan masyarakat. Kepercayaan yang telah diberikan kepada beliau akan dijalankan sebagaimana mestinya. Beliau akan menjalankan segala urusan yang dimanahkan kepada beliau dengan baik. Tidak ada kebohongan yang disembunyikan. Tidak ada kepercayaan yang dikhianati. Sehingga orang-orang disekitarnya selalu merasa aman dan nyaman.
Tabligh artinya menyampaikan. Semua firman Allah SWT yang ditujukan untuk umat manusia, semuanya disampaikan tidak ada yang disembunyikan. Meskipun ayat Allah SWT membuat Nabi tersinggung atau tersindir. Karena mustahil bagi Nabi berbuat Kitman atau menyembunyikan wahyu.
Dalam konteks kepemimpinan sekarang, pemimpin harus dapat menyampaikan informasi dengan benar dan dengan bahasa yang santun serta mudah dipahami. Selain itu, pemimpin juga harus siap dikritik dan menerima saran atau nasihat dari orang lain. Tidak reaktif dan ‘kebakaran jenggot’.
Dan yang terakhir adalah sifat Fathonah. Artinya cerdas. Nabi Muhammad SAW memiliki sifat cerdas. Rasulullah mampu menerjemahkan dan menjelaskan firman Allah SWT agar dapat diterima oleh kaumnya. Ini merupakan kecerdasan yang luar biasa. Dalam pengertian lain cerdas adalah mampu menyelesaikan masalah dengan cara efektif dan efisien. Disinilah seorang pemimpin harus solutif.
Pada zaman sekarang, di setiap aspek kehidupan, kita mengalami krisis kepercayaan terhadap seorang pemimpin. Kita masih mendapati pemimpin yang tidak jujur, integritas yang rendah, bila dipercaya berkhianat, tidak berpihak kepada bawahan, dan seringkali mempertontonkan ‘kebodohannya’ di depan publik.
Solusi terbaik dari beberapa persoalan di atas adalah dengan meneladani akhlak dan sifat Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya menjadi teladan bagi orang lain. Teladan dalam perkataan maupun perbuatan. Itulah pemimpin yang berpengaruh. Memimpin dengan keteladanan. Dan “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban” (HR. Muslim)
penulis : Masruhin, MA (Penulis juga aktif mengelola blog di www.jejakruang.com)