Cara Mendidik Dengan Hukuman

Salah satu metode pendidikan Islam adalah mendidik anak dengan hukuman. Metode ini adalah metode yang terakhir dari beberapa metode yang ada. Mendidik dengan keteladanan adalah cara yang paling efektif daripada yang lainnya. Mendidik dengan hukuman berarti memberikan hukuman dengan tujuan meluruskan kesalahan yang dilakukan oleh anak. Sehingga anak menjadi lebih baik.

Dalam dunia pendidikan kata lain dari hukuman adalah sanksi. Beberapa ahli pendidikan ada yang menggantinya dengan kata konsekuensi logis. Konsekuensi logis adalah memberikan pilihan yang logis sebagai akibat dari tindakan/perbuatan yang dilakukan oleh anak. Tujuannya agar anak disiplin dan memiliki tanggungjawab dari kesalahan yang dilakukan. Secara praktik, antara pemberian hukuman dan konsekuensi logis sedikit berbeda, namun secara substansi hampir sama.

Bolehkah mendidik dengan hukuman?

Para ahli pendidikan Islam, seperti Ibnu Sina, Al-Abdari, dan Ibnu Khaldun berpendapat bahwa pendidik tidak boleh memberi hukuman, kecuali dalam keadaan terpaksa. Mereka tidak langsung memberikan hukuman, kecuali setelah tidak mempan dengan nasihat dan teguran.

Jadi pemberian hukuman adalah jalan terakhir ketika mendidik dengan nasihat dan teguran sudah dilakukan sebelumnya. Hukuman juga diberikan dengan prosedur yang bijak dan mendidik.

Bagaimana cara mendidik dengan hukuman?

Hukuman yang diterapkan oleh orang tua di rumah atau pendidik di sekolah berbeda secara kuantitas, kualitas dan caranya dengan hukuman yang diterapkan oleh negara kepada masyarakat.

Dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam, ada beberapa cara yang diajarkan Islam dalam memberikan hukuman kepada anak, yaitu:

1. Bersikap lemah lembut adalah hal yang pokok dalam memperlakukan anak

Sikap ini harus diprioritaskan karena anak haruslah lebih diperhatikan dan dikasihi. Sikap lemah lembut ini sudah ditegaskan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada anak-anak.

Diriwayatkan oleh Al Bukhori dalam Al-Adab LA Mufrod: “Hendaklah engkau bersikap murah hati dan jauhilah kekerasan dan kekejian”

Diriwayatkan oleh Al Ajurry : “Berbuat ariflah kalian dan jangan bertindak keras”.

2. Memperhatikan karakter anak yang melakukan kesalahan

Anak-anak memiliki kecerdasan dan respons yang berbeda-beda, sebagaimana berbedanya watak antara satu pribadi dengan pribadi yang lain. Ada anak yang cukup dengan pandangan masam untuk menegur kesalahannya. Ada juga yang harus dengan kata-kata untuk menegurnya.

Pendidik haruslah menjadi seorang yang bijak dalam menerapkan hukuman. Sesuai dengan tingkat kecerdasan anak, pengetahuan, dan pengetahuannya. Setiap anak beda penanganannya.

3. Memberi hukuman secara bertahap, dari yang ringan sampai yang keras.

Seorang pendidik harus melakukan tahapan dari yang ringan hingga yang paling berat. Serta menyesuaikan dengan karakter anak. Pendidik tidak boleh menerapkan cara yang sama untuk semua anak. Pendidik tidak boleh mengatasi masalah semua anak hanya dengan teguran saja. Karena dikhawatirkan ada sebagian anak yang justeru semakin melenceng.

Pendidik harus mencari penyebab yang mendorong anak melakukan kesalahan, memperhatikan usianya, pengetahuannya, dan lingkungan sekitarnya. Semua itu dapat membantu pendidik untuk memeriksa penyebab penyimpangan pada anak, mendiagnosis penyakitnya, untuk selanjutnya memberikan solusi yang sesuai dengan keadaan anak.

Kesimpulan

Mendidik dengan hukuman adalah cara terakhir dalam menjaga dan meluruskan anak dari berbuat kesalahan. Dengan hukuman anak tercegah dan tertahan dari akhlak yang buruk dan tercela. Ia menjadi memiliki perasaan jera untuk melakukan pelanggaran yang dilarang atau yang haram. Tanpa hukuman, anak akan terus terdorong untuk berbuat kesalahan, pelanggaran, hal yang keji, dan terbiasa dengan kemungkaran.

Referensi : Tarbiyatul Aulad Fil Islam, DR. Abdullah Nashih Ulwan

penulis: Masruhin (tulisan lain ada di jejakruang.com)

Berita Terbaru
Share Artikel
Scroll to Top