Berjilbab ; Cermin Ketaatan Kepada Allah SWT

Maraknya tindak kekerasan dan pelecehan terutama pelecehan seksual yang terjadi pada kaum hawa, bisa jadi pemicunya adalah berawal dari pakaian, cara berpakaian yang jauh dari norma agama dan tidak mencerminkan budaya yang santun menjadi salah satu faktor pemicunya, untuk itulah islam sejak awal memerintahkan kepada perempuan untuk mengenakan pakaian yang menutup aurot dan mengenakan jilbab. Sehingga berjilbab memiliki kedudukan sendiri dengan perintah dari agama secara tersendiri pula.

Jilbab sendiri menjadi identitas seorang muslimah, perintah mengenakan jilbab tentunya memiliki hikmah yang terkandung didalamnya, seorang Muslimah merasa bahwa jilbab menjadi bagian dari tubuhnya dan menjadi penutup dirinya, alat rasa malunya, tanda  kehormatannya, jalannya untuk menggapai cinta Allah untuknya, serta tangga mencapai surga-Nya. Bila seorang Muslimah berjilbab, maka pada hakikatnya ia telah berusaha menunaikan salah satu perintah Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Ahzab [33]: 36) sehingga bagi seorang perempuan berjilbab menjadi cermin ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Berjilbab membutuhkan pembiasaan, pemaha-man dan kesadaran yang mendalam, apalagi sekarang ini banyak wanita yang menjadikan berjilbab sebagai hala-ngan baginya, padahal jilbab seharusnya menjadi kewaji-bannya, untuk menanamkan dan membiasakan berjilbab, maka dibutuhkan peran serta orang tuanya.

Selaku orangtua, kita merasa bahagia manakala kita menyaksikan putri-putri kita berjilbab. Karena, walau-pun bagaimana, orang tua akan dimintai pertanggung jawaban perihal pendidikan anaknya, dan salah satunya adalah masalah jilbab ini. Oleh karenanya, agar anak tidak merasa berat dalam mengenakan jilbab saat ia menginjak usia balig, maka perlu adanya usaha orangtua untuk membiasakan anak berjilbab sejak dini. Karena, metode seperti ini ternyata sangat efektif dalam mendidik anak berjilbab. Tentu saja, metode membiasakan anak berjilbab ini sangat ditekankan untuk memperhatikan perkembangan usia si anak.

Selain itu, pendidikan mengenakan berjilbab men-jadi salah satu indikator harapan orang tua kepada anaknya menjadi anak yang sholehah, yang bisa menjadi kebang-gaan orang tuanya  bahkan menjadi investasi akherat yang tidak ternilai harganya, untuk mewujudkan hal tersebut, tidak bisa hanya sekedar berdoa-berdoa saja, namun keteladanan dan perilaku orang tua sehari-hari menjadi kunci utama, apalagi jika harapan besar itu justru berbalik dengan kebiasaan dan perilaku yang menjauhkan anak dari cerminan keseharian wanita salehah.

Jika ibunya suka menampilkan pakaian terbuka, maka sang anak juga tidak jauh beda, ketika ibunya kerap memakaikan anaknya baju terbuka, jangan diharapkan anak suka menutup auratnya ketika dewasa. Kalau dari kecil tak dibiasakan dengan atribut wanita shalehah, jangan heran kalau dewasa hal itu dianggapnya asing.

Oleh karena itu, sedari umurnya masih bulanan, akrabkan dan biasakanlah dengan atribut-atribut islami, Jilbab misalnya, hendaknya si gadis kecil sudah mema-kainya walau awalnya ia kepanasan. Setidaknya ada bebe-rapa kiat yang bisa dilakukan orang tua, agar anak perem-puannya bisa menjelma jadi wanita salehah.

Selain pembiasaan tersebut, yang penting untuk ditekankan kepada anak supaya kelak mengenakan jilbab dengan kesadaran sendiri adalah pemahaman dan manfaat berjilbab, diantara hal-hal yang perlu ditanamkan kepa-danya adalah:

Pertama: jilbab merupakan salah satu perintah Allah dan Rasul-Nya, sehingga mengenakan jilbab menjadi bukti kita telah menjalankan perintah-Nya, yang memberi dampak kebaikan dan pahala bagi pelakunya, sebagaimana Firman Allah, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan panda-ngannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya’.” (An-Nur [24]: 31).

Kedua, pahamkan kepada anak bahwa berjilbab sama artinya taat kepada Allah dan Rasul-Nya karena ia telah menunaikan salah satu perintah Allah Ta’ala. Dan, Allah telah berfirman, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (Al-Ahzab [33] : 36).

Ketiga, tanamkan pada diri anak bahwa jilbab merupakan bukti keimanan seorang Muslimah. Allah SAW tidak mengarahkan pembicaraan tentang hijab kecuali kepada para wanita yang beriman. Dia berfirman, “Katakanlah kepada wanita yang beriman.” Dia juga berfirman, “Dan istri-istri orang mukmin.” Tentu seorang wanita akan merasa bangga bila masih menyandang keimananj dalam dirinya.

Empat, tunjukkan kepada anak bahwa berjilbab dapat menyelamatkan hati. Sebab, bila mata tidak melihat sesuatu, maka hati pun tidak akan berhasrat. Dari sini, ketika mata tidak melihat sesuatu yang terlarang, maka hati menjadi lebih suci. Kemungkinan terbebas dari fitnah pun lebih nyata karena hijab akan memutus hasrat orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit. Allah berfirman, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.” (Al-A’raf [7] : 26).

Empat pemahaman ini ketika menancap dalam sanubari seorang anak, maka tidak akan pernah tergo-yahkan semangatnya untuk mengenakan jilbab, dia meng-gunakannya karena landasan idiologi yang kuat, yang mengantarkannya menjadi kesadaran yang tidak mudah terkoyah oleh situasi dan kondisi bahkan oleh semua aspek baik materi maupun non materinya.

Karena landasan ini pula, maka ketika sebuah keluarga mampu mewujudkan keluarganya serta anak perempuannya berjilbab, hal itu mencerminkan keluarga yang penuh dengan ketaatan kepada agamanya. Semoga kita diberi kemauan dan kemampuan untuk menanamkan kewajiban berjilbab ini kepada putri-putri kita dan diteguhkan di atasnya hingga ajal menjemput.

 

Tips Membiasakan Anak Berjilbab

  1. Ibu hendaknya tidak membiasakan anak, tanpa pakaian atau berpakaian seadanya sejak masih bayi, hanya karena alasan panas. Hal itu bisa disia-sati dengan sering mengganti pakaian atau popok-nya
  2. Pada awalnya, biasakan anak yang berusia dibawah empat bulan mengenakan topi ketika keluar rumah, walaupun hanya berjalan-jalan di depan Rumah. Setelah ia berusia empat bulan, mulailah mencoba untuk memakaikan kerudung kecil padanya.
  3. Pilihlah kerudung yang nyaman dipakai, seperti menggunakan kerudung dari bahan kaos atau yang menyerap keringat. Hal ini dapat mengurangi gatal dan panas saat beraktivitas.
  4. Ibu hendaknya memilihkan kerudung dengan warna yang menarik dan motif yang indah. Pilihkan jilbab yang modelnya lucu dan pakaian dengan warna favorit anak, sehingga ia suka memakainya. Pastikan pakaian itu menutup aurat dan tidak mengurangi ruang geraknya.
  5. Sediakan kerudung dengan jumlah yang cukup, sehingga dapat memberi kesempatan kepada anak untuk memilih kerudung yang hendak dipakainya. Jangan terlalu sedikit, karena akan membosankan pakai yang itu-itu terus.
  6. Biasakan memakai kerudung ketika keluar rumah. Beritahu anak mana pakaian yang pantas atau cocok untuk di dalam rumah, dan mana pakaian yang bisa dipakai untuk keluar rumah. Misalnya anak boleh mengenakan pakaian tanpa lengan dan tidak berjilbab apabila di dalam rumah saja.
  7. Pujilah anak ketika mengenakan kerudung, agar hatinya merasa senang. Orang tua bisa memujinya dengan pujian yang sederhana, seperti, “Duh, pin-ternya anakku kalau pakai jilbab! Subhanallah.”
  8. Bila anak sudah mampu berbicara dengan baik, terangkan kepadanya tentang perintah berjilbab dan keutamaannya. Bila anak akan memasuki usia baligh, terangkanlah tentang jilbab dalam pandangan syar’i, dan ajaklah untuk menyesuaikan pakaian yang dikenakannya sesuai dengan kaidah syar’i.

Sebagaimana ditulis Asadulloh Al Faruq, dalam buku “mendidik balita mengenal agama”

Penulis : Ust. Abdul Azis Darji, Lc.

Berita Terbaru
Share Artikel
Scroll to Top